Gambar Sampul Bahasa Indonesia · e_Bab 5 Perjuangan
Bahasa Indonesia · e_Bab 5 Perjuangan
Indrawati KTSP

23/08/2021 08:57:18

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman
Pada pelajaran ini Anda akan ditugaskan menganalisis kesesuaian penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama. Berikut ini adalah naskah drama yang akan digunakan dalam pementasan.5BABPERJUANGANA. Menganalisis Kesesuaian Penokohan, Dialog, dan Latar dalam Pementasan Drama Tujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menganalisis kesesuaian penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat menganalisis kesesuaian penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama.BapakKarya: B. SoelartoBagimu, kemerdekaan bumi pusakaDrama ini terjadi pada tanggal 19 Januari 1949, sebulan sesudah tentara kolonial Belanda melancarkan aksi agresinya yang kedua dengan merebut ibu kota Republik Indonesia, Yogyakarta. Tentara kolonial telah pula siap siaga untuk melancarkan serangan kilat hendak merebut sebuah kota strategis yang hanya dipertahankan oleh satu batalion Tentara Nasional Indonesia. Di kota itulah si Bapak dikagetkan kedatangan putra sulungnya yang mendadak muncul setelah bertahun-tahun merantau tanpa kabar berita. Si Sulung telah kembali pulang dengan membawa sebuah usul yang amat mengagetkan si Bapak. Waktu itu seputar pukul 10.00, si Bapak yang teater-sandekala.blogspot.comGambar: Pementasan drama.
78Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasasudah lanjut usia, jalan hilir mudik dengan membawa beban persoalan yang terus-menerus merongrong pikirannya.Bapak : ”Dia, putra sulungku. Si Anak hilang yang telah kembali pulang. Dan sebuah usul diajukan; segera mengungsi ke daerah pendudukan yang serba aman tenteram. Hem ya, ya, usulnya dapat kumengerti. Karena ia sudah terbiasa bertahun merantau hidup di sana. Dalam sangkar. Jauh dari deru prahara. Bertahun mata hatinya digelap-butakan oleh nina-bobok, leha-leha si penjajah. Bertahun semangatnya dijinakkan oleh suap roti-keju. Celaka, oo, betapa celaka nian.”Si bungsu datang sambil tersenyum.Bungsu : ”Ah, Bapak rupanya lagi ngomong seorang diri.”Bapak : “Ya, anakku terkadang orang lebih suka ngomong pada diri sendiri. Tapi, bukankah kau bersama abangmu?Bungsu : “Ya, sehari kami tamasya mengitari seluruh penjuru kota. Sayang sekali, kami tidak berhasil menjumpai Mas ....”Bapak : ”Tunanganmu?”Bungsu : ”Ah, dia selalu sibuk dengan urusan kemiliteran melulu. Bahkan ketika kami mendatangi asramanya, ia tak ada. Kata mereka, ia sedang rapat dinas. Hehehe, seolah-olah seluruh hidupnya tersita untuk urusan-urusan militer saja.”Bapak : “Kita sedang dalam keadaan darurat perang, Nak. Dan dalam keadaan begini seorang prajurit kepentingan negara ada di atas segala. Bukan saja seluruh waktunya, bahkan juga jiwa raganya. Tapi, eh, mana abangmu sekarang?”Bungsu : ”Oo, rupanya dia begitu rindu pada bumi kelahirannya, seluruh penjuru kota diprotesi semua. Tapi kurasa abang akan segera tiba. Dan sudahkah Bapak menjawab usul yang diajukannya itu?”Bapak : “Itulah, itulah yang hendak kuputuskan sekarang ini, Nak.”Bungsu : ”Nah, itulah dia!”Si Sulung datang dengan mencangklong pesawat potret, mengenakan kaca mata hitam. Terus duduk melepas kaca mata, dan meletakkan pesawat potret di meja.Sulung : “Huhuhu, kota tercintaku ini rupanya sudah berubah wajah. Dipenuhi penghuni baju seragam menyandang senapan. Dipagari lingkaran kawat berduri. Dan wajahnya kini menjadi garang berhiaskan laras-laras senapan mesin. Tapi di atas segalanya, kota tercintaku ini masih tetap memperlihatkan kejelitaannya.”Bapak : “Begitulah, Nak, suasana kota yang sedang dicekam keadaan darurat perang.”Sulung : “Ya, pertanda akan hilang keamanan, berganti huru-hara keonaran. Dan, mumpung masih keburu waktu, bagaimana usulan Bapak atas usulku itu?”Bapak : “Menyesal sekali, Nak ....”Sulung : ”Bapak menjawab dengan penolakan, bukan?”Bapak : ”Ya.”Bungsu : ” Jawaban Bapak sangat bijaksana.”Sulung : ”Bijaksana!?! Ya, kau benar manisku. Setidak-tidaknya demikianlah anggapanmu, karena bukankah secara kebetulan tunanganmu adalah seorang perwira TNI di sini. Tapi, maaf, bukan maksudku menyindirmu, adik sayang.”Bungsu : ” A h , t i d a k m e n g a p a . K a u h a n y a sedang keletihan. Mengasolah dulu, ya, Abang. Mengasolah, kau begitu capek nampaknya. Bapak, biar aku pergi belanja dulu untuk hidangan makan siang nanti.”Si Bungsu pergi. Si Sulung mengantar dengan senyum.Bapak : “Nak, pertimbangan bukanlah karena masa depan adikmu seorang. Juga karena masa depan sisa usiaku.”Sulung : ” Hem. Lalu? Karena rumah dan tanah pusaka ini barangkali ya, Bapak!”Bapak : “Sesungguhnyalah, Nak, lebih karena itu.”
79Bab 5 PerjuanganSulung : “Oo ya?!? Apa itu ya, Bapak?”Bapak : ”Kemerdekaan.”Sulung : ” Kemerdekaan!?! Kemerdekaan siapa?”Bapak : ”Bangsa dan bumi pusaka.”Si Sulung kecewa.Sulung : ”Bapak yang baik. Bertahun sudah aku hidup di daerah pendudukan sana bersama beribu bangsa awak tercinta. Dan aku seperti juga mereka, tidak pernah merasa jadi budak belian ataupun tawanan perang.Ketahuilah ya, Bapak, di sana kami hidup merdeka.”Bapak : ”Bebaskah kau menuntut kemerdekaan?”Sulung : ”Hoho, apa yang musti dituntut! Kami di sana manusia-manusia merdeka.”Bapak : “Bagaimana kemerdekaan menurut kau, Nak?”Sulung : ”Hem. Di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di sana segala lapangan kerja terbuka lebar-lebar bagi bangsa awak. Di sana, bagian terbesar tentara, polisi, dan alat negara bangsa awak. Di atas segalanya, kami di sana hidup dalam damai. Rukun berdampingan antara si Putih dan bangsa awak ....”Bapak : ”Dan di atas segalanya pula, di sana si Putih menjadi yang dipertuan. Dan sebuah bendera asing menjadi lambang kedaulatan, lambang kuasa, penjajahan. Dapatkah itu kau artikan suatu kemerdekaan?”Sulung : ”Ah, Bapak berpikir secara politis. Selalu merupakan buah politik.”Sulung : “Baik, baik. Tapi ya, Bapak, kita bukan politisi.”Bapak : “Nak, setiap patriot pada hakikatnya adalah seorang politikus jua. Kendati tidak harus berarti menjadi seorang diplomat, seorang negarawan. Dan, justru kesadaran dan pengertian politiknya itulah, seorang patriot akan senantiasa membangkang terhadap tiap politik penjajahan. Betapapun manis bentuk lahirnya. Renungkanlah itu, Nak. Dan marilah kuambil contoh masa lalu. Bukankah semasa kita masih hidup dalam alam Hindia-Belanda, kita hidup serba kecukupan dalam sandang pangan, kesejahteraan hidup keluarga dalam suasana aman tenteram dan masa pensiun yang enak, sudah dengan sendirinya berarti hidup dalam kemerdekaan? Tidak anakku! Kemerdekaan tidak ditentukan oleh semuanya itu. Kemerdekaan ialah soal harga diri kebangsaan, soal kehormatan kebangsaan. Ia ditentukan oleh kenyataan, apakah suatu bangsa yang menjadi yang dipertuan, mutlak atas bumi pusakanya sendiri atau tidak. Ya anakku, renungkanlah kebenaran ucapanku ini. Renungkanlah ....”Sulung : ”Menyesal ya, Bapak. Rupanya kita berbeda kutub dalam tafsir makna ....”Bapak : “Namun kau, Nak, kau wajib merenungkannya. Sebab aku yakin kau akan mampu menemukan titik simpul kebenaran ucapanku ini.” ...................................................................................................................................Latihan 11. Berdiskusilah bersama guru Anda untuk menentukan siapa saja yang cocok untuk memerankan drama “Bapak” di atas serta untuk menentukan siapa saja yang bertugas membantu kelancaran pementasan drama tersebut!2. Siswa yang bertugas mementaskan drama dengan beberapa orang siswa yang bertugas membantu pelaksanaan pementasan drama harus mendiskusikan hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk pementasan drama tersebut (tata rias, latar, dan lain-lain)!
80Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasa1. Ciri-ciri HikayatBanyak cerita atau naskah Melayu yang berjudul hikayat. Kata hikayat diturunkan dari bahasa Arab, hikayat, yang artinya cerita, kisah, dongeng-dongeng, berasal dari kata kerja haka, yang artinya menceritakan, mengatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Melayu, kata ini berarti (1) cerita, cerita kuno atau cerita lama, dalam bentuk prosa, (2) riwayat, sejarah. Dengan demikian, kata hikayat dapat disimpulkan sebagai (1) karangan yang kadarnya cerita, bukan peristiwa yang benar-benar terjadi atau hasil rekaan, (2) cerita itu merupakan cerita yang sudah kuno atau cerita lama, (3) bentuk cerita itu prosa, dan (4) juga berarti cerita yang pernah terjadi, yaitu kenang-kenangan atau sejarah dan riwayat.Pengertian hikayat dalam sastra Indonesia adalah: (1) bersifat sastra lama, (2) ditulis dalam bahasa Melayu, (3) sebagian besar kandungan ceritanya berkisar dalam kehidupan istana, (4) unsur rekaan merupakan ciri yang menonjol, dan (5) pada lazimnya hikayat mencakup bentuk prosa yang panjang.1. Tontonlah sebuah pementasan drama bersama teman/guru Anda!2. Dari drama yang Anda tonton itu tentukanlah: a. kesesuaian tokoh dan peran dalam pementasan drama tersebutb. kesesuaian dialog para tokoh drama tersebutc. kesesuaian latar dan peran latar drama tersebutLatihan 23. Setelah siswa yang bertugas mementaskan drama tampil, siswa lain menganalisis kesesuaian penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama tersebut dengan menggunakan format sebagai berikut.Format Analisis Kesesuaian Penokohan, Dialog dan Latardalam Pementasan DramaNoNama SiswaTokoh yang DiperankanAspekCatatan / komentarPenokohanDialogLatard. konflik dengan menunjukkan data yang mendukunge. tema drama tersebut disertai alasanf. pesan drama dengan data yang mendukungg. Jelaskan kaitan isi dan nilai-nilai drama tersebut dengan kehidupan sehari-hariB. Mendeskripsikan Relevansi Hikayat dengan Kehidupan SekarangTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan mendeskripsikan relevansi hikayat dengan kehidupan sekarang.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat menentukan tokoh, latar, tema, motif dalam hikayat, mengidentifikasi dan menghubungkan nilai yang terdapat dalam hikayat dengan kehidupan sehari-hari.
81Bab 5 Perjuangan2. Struktur hikayatStruktur hikayat setidaknya dapat dilihat dari empat unsur, yaitu: (1) tema, (2) penokohan, (3) latar, dan (4) sudut pandang. Pertama, dilihat dari isinya, tema hikayat pada pokoknya menyangkut soal kepercayaan, agama, pendidikan, pandangan hidup, adat-istiadat, percintaan, dan sosial. Hal itu terjadi karena hikayat –sebagai karya seni/sastra – merupakan cermin masyarakat pada waktu itu dan dapat digunakan sebagai media untuk mendidik, mengemukakan fakta-fakta, mengkritik, dan lain-lain.Kedua, ihwal penokohan dalam hikayat erat kaitannya dengan alur dan peristiwa-peristiwa. Hikayat tampaknya tidak jauh berbeda dengan roman. Dalam hikayat terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapat kemenangan gemilang sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya, tokoh utama berada di pihak yang benar, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya dia unggul dalam suatu pertempuran atau perkelahian.Ketiga, unsur yang ada dalam hikayat adalah latar atau setting. Latar adalah lingkungan atau menyangkut aspek yang lebih luas. Latar, di samping sebagai tempat terjadinya peristiwa, juga bertalian dengan soal periode. Memahami latar hikayat tidak lepas dari lingkungan pengarang pada waktu itu.Keempat, sudut pandang – untuk menceritakan suatu peristiwa, pengarang boleh memilih dari sudut mana ia akan menceritakan cerita itu. Apakah sebagai orang di luar saja atau apakah pengarang juga akan turut dalam cerita itu. Dalam kesastraan Indonesia sekurang-kurangnya ada lima macam pencerita, yaitu:(1) tokoh utama menceritakan ceritanya sendiri,(2) tokoh bawahan menuturkan cerita tokoh utama,(3) pengarang pengamat, yang menuturkan ceritanya dari luar sebagai seorang observer,(4) pengarang analitik, yang menuturkan cerita – tidak hanya sebagai seorang pengamat tetapi berusaha juga menyelami ke dalam, dan(5) percampuran antara 1 dan 4, yakni suatu cara yang melaksanakan cakapan batin.Pada umumnya, pengarang hikayat adalah pengarang pengamat. Sebagai pengarang pengamat, seorang penulis hikayat seolah-olah mengetahui apa saja yang terjadi dalam cerita yang disampaikan.3. Contoh Ikhtisar Hikayat Malim DewaMalim Dewa adalah seorang putra raja. Ia menggantikan ayahnya sewaktu ayahnya pergi menunaikan ibadah haji. Ia bertunangan dengan tiga orang putri, hasil pencarian seekor burung nuri. Mereka adalah Nilam Cahaya, Gondan Gentasari, dan Andam Dewi. Andam Dewi dipinang juga oleh seorang raja lain. Karena pinangan itu tidak dikabulkan, oleh raja itu, ia dibuat sakit dengan ilmunya, bahkan Negara Andam Dewi kemudian dihancurkannya. Andam Dewi bersama ibunya terpaksa menyembunyikan diri.
82Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaLatihan 34. Hikayat PataniPhaya Tu Kerub Mahajana ialah raja di kota Maligai. Ia digantikan oleh putranya yang bernama Phaya Tu Taqpa, yang kesenangannya berburu sebagaimana orang-orang besar pada masanya.Pada suatu ketika, seekor pelanduk putih yang tengah diburunya, menghilang di dekat tempat kediaman seorang tua yang bernama Encik Tani. Diambil dari nama orang itulah, kerajaan yang didirikannya kelak di tempat itu diberi nama Patani. Setelah islam masuk, Raja Phaya Tu Naqpa berganti gelar Sultan Ismail Syah Zilullah Fil Alam. Sejak saat itu, seluruh rakyat Patani menjadi Islam.Sepeninggal baginda, pemegang kerajaan digantikan oleh putranya yang sulung, Sultan Mudhaffar Syah. Ia mengadakan hubungan persahabatan dengan Beracau, Raja Siam dan bahkan memperoleh istri. Dari istrinya ia beroleh seorang putra, Sultan Patik Siam. Namun, ia berkhianat terhadap Beracau. Beracau diturunkan dari takhta dan dipaksa meninggalkan istana. Akibat tindakan yang menimbulkan salah paham, ia beserta para pengiringnya dapat dikalahkan kembali sehingga Beracau kembali menduduki takhta kerajaan. Adiknya yang menyertainya, Manzur Syah, meninggalkan Siam. Namun, Mudhaffar sendiri tinggal di Siam dan tidak diketahui akhir kesudahannya.Sultan Manzur Syah pun menggantikannya menjadi raja di Patani. Pada masa pemerintahannya, Patani dua kali berturut-turut diserang oleh Palembang. Namun, akhirnya serangan itu dapat digagalkan. Hubungan dengan Siam diperbaiki dengan mengirimkan suatu perutusan di bawah pimpinan Seri Agar.Sepeninggal Sultan Manzur Syah terjadi kericuhan di dalam negeri untuk memperebutkan mahkota. Tiga orang raja yang memerintah sesudahnya, yaitu Sultan Patik Siam, Raja Bambang, dan Sultan Bahdur, berturut-turut mati terbunuh dalam intrik itu.Kemudian, datanglah masa pemerintahan raja-raja putri, putri Sultan Manzur Syah, yaitu Raja Ijau, Raja Biru, Raja Ungu, Raja Emas, Raja Bima (pria) dan Raja Kuning. Raja Kuning adalah anggota Dinasti Phaya Tu Kerub Maharaja yang terakhir. Kemudian, Dinasti Kelantan menduduki tahta Kerajaan Patani.Malim Dewa mencari Andam Dewi dan mengawininya, tetapi akibat perkawinan itu ia dibunuh oleh raja yang telah ditolak pinangannya. Malim Dewa dihidupkan kembali oleh Nilam Cahaya. Kemudian, ia mengawini Gondan Gentasari dan berkat kemenangannya dalam suatu peperangan, ia juga mengawini dua putri yang lain. Perkawinannya yang terakhir ialah dengan putri Nilam Cahaya, yang dilakukan di dalam kayangan.1. Jelaskanlah tema, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang pengarang dalam hikayat Malim Dewa!2. Apa relevansi tema dongeng tersebut jika dihubungkan dengan kehidupan saat ini?3. Ceritakan kembali isi hikayat tersebut di depan kelas dengan kata-kata Anda sendiri!
83Bab 5 PerjuanganLatihan 41. Jelaskanlah tema, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang pengarang dalam hikayat Patani!2. Apa kira-kira relevansi tema dongeng tersebut jika dihubungkan dengan kehidupan saat ini?3. Bandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat dengan novel yang telah Anda baca!4. Ceritakan kembali isi hikayat itu di muka kelas dengan kata-kata Anda sendiri!C. Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen yang Sudah DibacaTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan mampu menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca dan menyuting naskah drama.Pada pelajaran yang lalu Anda sudah belajar menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata. Bahkan, Anda juga sudah mementaskan drama tersebut. Nah, sekarang Anda akan belajar menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca. Cermatilah cara mengubah cerpen menjadi drama. Berikut ini disajikan sebuah penggalan cerpen yang diubah menjadi drama.erpenCKena BatunyaOleh: Kak Veronica Widyastuti“Ssst....Bu Indati datang,” kata Cahyo. Langsung saja anak-anak kelas IX SMP Sambo Indah beranjak duduk ke tempatnya masing-masing. “Selamat pagi, Anak-anak!” sapa Bu Isti dengan ramah. “Selamat pagi, Buuuuuu!” anak-anak menjawab dengan kompak. “Anak-anak, kemarin Ibu memberikan tugas Bahasa Indonesia membuat pantun, semua sudah mengerjakan?” “Sudah Bu.” “Arga, kamu sudah membuat pantun?” “Sudah dong Bu.” “Coba kamu bacakan untuk teman-temanmu.” Dengan wajah nakalnya, Arga membacakan pantunnya sambil tersenyum-senyum. “Jalan ke hutan melihat salak. Ada pula pohon-pohon tua. Ayam jantan terbahak-bahak lihat Inka giginya dua.” “Huahaha....” Kontan saja anak-anak sekelas tertawa terbahak-bahak. Hanya satu orang yang tidak tertawa. Inka cuma cemberut sebel sambil melihat Arga. “Arga, kamu nggak boleh seperti itu sama temannya,” tegur Bu Isti. “Kekurangan orang lain itu bukan untuk ditertawakan. Coba kamu buat pantun yang lain.” “Iya Bu,” jawab Arga sambil masih tersenyum-senyum. ........................................................................................................................
84Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaLatihan 5Kalau kita membandingkan teks dialog dalam cerpen di atas dengan naskah dramanya, keduanya memiliki banyak kesamaan, bukan? Teks tersebut dengan naskah drama sama-sama berupa dialog. Hanya saja naskah drama, tidak selalu berupa tanya jawab, namun dapat pula berupa percakapan biasa. Selain itu, dalam naskah drama terdapat petunjuk-petunjuk lakon yang disebut dengan kramagung. Dalam naskah drama, bagian ini pada umumnya ditandai dengan tanda kurung (...). Anda tentu masih ingat hal-hal apa saja yang harus Anda perhatikan ketika menulis naskah drama. Jika perlu, baca kembali pemaparan mengenai unsur-unsur pembangun drama pada pelajaran sebelumnya.ramaDBabak IPagi-pagi, suasana di kelas IX SMP Sambo Indah cukup ramai. Bermacam-macam tingkah kegiatan mereka. Ada yang mengobrol, ada yang membaca buku. Ada pula yang keluar masuk kelas.Cahyo : “Ssst....Bu Indati datang!” (Para siswa segera beranjak duduk di tempatnya masing-masing)Bu Indati : “Selamat pagi, Anak-anak!” (ramah) Anak-anak : “Selamat pagi, Buuuuuu!” (kompak). Bu Indati : “Anak-anak, kemarin Ibu memberikan tugas Bahasa Indonesia membuat pantun, semua sudah mengerjakan?” Anak-anak : “Sudah Bu.” Bu Indati : “Arga, kamu sudah membuat pantun?” Agra : “Sudah dong Bu.” Bu Indati : “Coba kamu bacakan untuk teman-temanmu.” Agra : (Tersenyum nakal) “Jalan ke hutan melihat salak. Ada pula pohon-pohon tua Ayam jantan terbahak-bahak Lihat Inka giginya dua” Anak-anal : (Tertawa terbahak-bahak).Inka : (Cemberut, melotot pada Agra)Bu Indati : “Arga, kamu nggak boleh seperti itu sama temannya.” (agak kesal) Kekurangan orang lain itu bukan untuk ditertawakan. Coba kamu buat pantun yang lain.” Agra : “Iya Bu!” (masih tersenyum-senyum). 1. Secara berkelompok, buatlah naskah drama berdasarkan penggalan cerpen (jika cerpennya terlalu panjang) atau novel! Pilihlah cerpen dan novel yang menurut kelompok Anda menarik untuk dijadikan drama!2. Tukarlah drama yang dibuat kelompok Anda dengan naskah drama kelompok lain untuk melakukan kegiatan saling mengoreksi (menyunting) naskah drama! Ketika menyunting perhatikanlah struktur penulisan drama, ejaan, dan lain-lain!3. Naskah drama tersebut akan diminta untuk ditampilkan pada pelajaran berikutnya. Karena itu, berlatihlah terlebih dahulu agar Anda benar-benar menghayati karakter tokoh yang akan Anda perankan!
85Bab 5 PerjuanganD. Memerankan Tokoh DramaTujuan PembelajaranPementasan drama selalu merupakan kerja sama yang sangat erat antara penulis naskah drama (skenario), sutradara, dan pelaku (aktor/aktris). Pada umumnya, pementasan drama mempunyai tahapan-tahapan yang dimulai dari eksposisi (pengenalan), komplikasi (pemunculan konflik), peningkatan konflik, klimaks, penyelesaian, dan resolusi (keputusan).Latihan 61. Perankanlah salah satu drama yang sudah dibuat setiap kelompok pada pelajaran itu secara bergiliran! Pada subbab ini, Anda akan mengekspresikan karakter para pelaku dialog drama melalui dialog yang dibawakan.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat memerankan drama/penggalan drama sesuai dengan karakter tokoh, menggunakan gerak-gerik, mimik dan intonasi sesuai dengan watak tokoh.2. Analisislah pementasan drama yang dilakukan teman Anda dengan menggunakan format sebagai berikut.Format Evaluasi/Penilaian Terhadap Pemeran TokohNoNama SiswaTokoh yang diperankanNaskah aspek penilaianCatPenghayatan PeranPenguasan dialogLafal/Intonasi pengucapanMimikKines-tetikImprovi-sasiKeterangan:Nilai aspek penilaian diisi dengan huruf:A = baik sekaliB = baikC = cukupD = kurang
86Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaKalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia bisa dibedakan atau dikelompokkan berdasarkan berbagai sudut pandang (tinjauan). Hal ini menunjukkan bahwa kalimat dalam bahasa Indonesia sangat bervariasi atau beragam.Berdasarkan intonasi pengucapannya, kalimat bisa dibedakan menjadi kalimat tanya, kalimat berita, dan kalimat perintah. Kalimat tanya mengandung intonasi tinggi, kalimat berita berintonasi rendah, dan kalimat perintah berintonasi keras.Contoh(1) Siapa yang menyampaikan kasus itu ke polisi?(2) Kecelakaan itu terjadi dini hari.(3) Bawa barang itu hari ini juga!Berdasarkan kelas kata perdikatnya, kalimat dapat dikelompokkan menjadi kalimat nominal dan kalimat verbal. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya kata benda, sedangkan kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya kata kerja.Contoh(1) Dia sekarang pembalap formula satu.(2) Kami harus mencuci mobil karena hujan turun tiap hari.ContohBerdasarkan jumlah fungtornya, kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Kalimat lengkap berarti aspek fungsinya lengkap dan kalimat tidak lengkap berarti ada salah satu fungsinya yang tidak ada dalam kalimat tersebut.(1) Paman membelikan boneka baru.(2) Paman membelikan boneka baru untuk Fatimah kemarin.Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk merupakan gabungan dari kalimat tunggal.Contoh(1) Ibu mencuci baju.(2) Ibu sedang mencuci baju ketika ayah pergi ke kantor.E. Kalimat dari Berbagai Sudut PandangTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan membedakan berbagai jenis kalimat ditinjau dari berbagai sudut pandang.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi dan membedakan kalimat berdasarkan intonasinya, kelas predikatnya, jumlah fungtornya, klausanya, letak subjek dan predikat, jumlah konturnya, perubahan/transformasinya, jabatan fungtor dan kelas kata, menentukan jenis kalimat berdasarkan hubungan antarklausa dan menentukan jenis kalimat majemuk.
87Bab 5 PerjuanganBerdasarkan letak subjek dan predikat, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat bersusunan biasa (normatif), bersusunan inversi. Susunan biasa (normatif) artinya subjek berada sebelum predikat, sementara susunan inversi berarti subjek berada setelah predikat.Contoh(1) Bersihkan kursi itu!(2) Kursi dibersihkan Andi tadi pagi.Berdasarkan hubungan antarklausa, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan campuran.Contoh(1) Andi termasuk siswa yang rajin, tetapi Ukman termasuk siswa yang malas.(2) Pemerintah telah menghadiahkan tanda jasa bagi para pahlawan yang membela kemerdekaan.Berdasarkan jumlah konturnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat pendek dan kalimat panjang (minimum-maksimum). Kalimat pendek juga disebut kalimat yang hanya memiliki fungsi subjek dan predikat, sementara kalimat panjang adalah kalimat yang memiliki fungsi lebih dari subjek dan predikat.Contoh(1) Ani menangis.(2) Ani menangis karena boneka kesayangannya diambil temannya.(3) Kami telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis ibu kota, dan dihadiri oleh para pembesar kota itu.ContohBerdasarkan perubahan/transformasinya, kalimat dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi kalimat inti dan kalimat perubahan (transformasi). Transformasi berarti perubahan kalimat karena penambahan satu fungsi kalimat dari kalimat asalnya.(1) Andi memukul Anjing(2) Andi memukul Anjing denagn tongkat kemarin.Berdasarkan jabatan fungtor dan kelas kata, kalimat dalam bahasa Indonesia dapat berbentuk subjek, predikat, keterangan, dan pelengkap. Dalam sebuah kalimat, setidaknya ada dua fungsi, yakni subjek dan predikat.Contoh(1) Paman menyampaikan paket kiriman dari Yogyakarta.S P O1 O2 K
88Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaBuatlah contoh-contoh kalimat berdasarkan tinjauan dan variasinya!Variasi KalimatContoh Kalimat1. Intonasinya2. Kelas kata predikatnya3. Jumlah fungtornya4. Letak subjek dan predikatnya5. Hubungan antarklausa6. Jumlah konturnya7. Perubahan/transformasinya8. Jabatan fungtor dan kelas kata9. Jenis kalimat majemuk Latihan 7Pada pembelajaran sebelumnya Anda telah mendiskusikan isi prosa narasi,yaitu prosa narasi yang Anda dapatkan dari hasil membaca, mendengarkan dari radio/orang lain, atau menonton tayangan televisi.Sudah tentu, orang lain juga memiliki cerita, bahkan bisa jadi lebih menarik jika dibandingkan dengan cerita yang Anda baca dan ketahui. Misalnya, seorang ibu mempunyai cerita yang lucu ketika pergi ke pasar. Atau, cerita pengalaman ayah ketika pergi ke luar kota. Cobalah ingat-ingat kembali hal-hal yang Berikut ini disajikan sebuah sinopsis novel. Bacalah dengan cermat!Berdasarkan kalimat majemuk, variasi kalimat dapat dibagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang kedua pola kalimat tersebut sejajar. Adapun kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang pola kalimatnya satu lebih tinggi daripada pola kalimat yang lain (tidak sejajar).Contoh(1) Saya membeli ayam di pasar dan ibu memasaknya.(2) Pedagang yang ramah itu telah pulang ke kampung halamannya.F. Membaca dan Menganalisis Berbagai Karya SastraTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan mengaplikasikan komponen kesastraan teks naratif (pelaku dan perwatakan, plot dan konflik, latar, tema) untuk menelaah karya sastra naratif (cerpen, novel, hikayat).Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan pelaku dan perwatakan, plot dan konflik, latar, tema dalam karya sastra naratif (cerpen, novel, hikayat).
89Bab 5 PerjuanganSebuah peluru yang menerjang bahu kiri Amir telah membuat pemuda pejuang kemerdekaan itu luka parah. Bukan tidak mungkin ia akan gugur jika temannya, Busrodin, tidak segera menolongnya. Saat itu Amir melihat sebuah kalung tergantung pada leher temannya itu. “Sementara Busrodin membalut luka Amir, mainan kalung itu berayun-ayun di atas wajah Amir (hlm. 7). Apa yang dilakukan Busrodin ternyata harus dibayar mahal. Ia terkena peluru musuh hingga menyebabkan gugur. Amir sendiri kemudian pingsan setelah sebelumnya mengambil kalung milik temannya itu yang tergeletak di tanah. Rupanya peluru musuh ikut memutuskan rantai kalung itu.Itulah awal misteri yang dihadapi Amir. Hal itu terjadi justru setelah hampirseperempat abad lamanya sejak peristiwa gugurnya Busrodin berlalu. Kini Amir yang telah menjadi salah seorang pejabat penting di Departemen pendidikan dan Kebudayaan memakai kalung itu lagii. Kalung yang konon berasal dari seorang serdadu Guekha yang terbunuh di Surabaya itu ikut terbawa Amir yang mendapat tugas menghadiri Konferensi Kebudayaan Internasional di Taiwan.Di Taipeh, secara kebetulan John Fletcher, seorang Amerika, sahabatnya sewaktu di Jakarta, mengetahui kehadiran Amir di sana. Pertemuan Amir dengan antropolog Amerika itu ternyata mengangkat kembali persoalan kalung yang penuh misteri itu. John yang tanpa sengaja melihat kalung itu tersembul dari sela kemeja sahabatnya tertarik untuk mengetahui lebih jauh asal-usulnya. John kemudian memperlihatkan buku The African Voodo yang di dalamnya tertera keterangan mengenai kalung itu. Menurut keterangan buku tersebut, kalung itu dibuat oleh seorang dukun Afrika sekitar tiga abad yang lalu. Semula benda itu dimaksudkan untuk mengutuk suatu keluarga secara turun-temurun. Belakangan, kemudian dijadikan semacam jimat yang dapat mendatangkan malapetaka pada siklus waktu setiap dua puluh empat tahun sekali. Demikianlah hasil penelitian John Fletcher selanjutnyaOleh karena benda itu dapat mendatangkan malapetaka, John berkeras untuk memilikinya. Ia Siklusakan menyimpannya di museum pribadinya di Blair. Maka, diajukanlah tawaran untuk membeli kalung itu seharga 500 dolar. Amir pada waktu itu belum dapat memutuskan, mengingat benda itu sebagai kenang-kenangan dari sahabatnya, Busrodin, ia ingat, betapa teman seperjuangannya itu gugur karena berusaha menyelamatkan nyawanya.Kalung mainan yang berukiran topeng itu akhirnya dijual juga. Amir menerima 750 dolar. Dengan gembira John membawa kalung itu ke rumahnya. Ia yang menulis buku tentang misteri kalung tersebut terus melakukan penelitian terhadap rahasia yang terkandung di dalamnya. Dalam rangka itu pula, guru besar antropologi itu bermaksud mengumpulkan data mengenai kalung itu ke Brazzaville.Dalam pada itu John sendiri rupanya punya masalah dengan istrinya, Susan. Perbedaan usia suami-istri yang terlalu jauh – Susan lebih muda dua puluh tahun –, perhatian John yang hampir sepenuhnya untuk kepentingan profesinya serta kurangnya perhatian Susan pada pekerjaan suaminya, telah menciptakan keretakan dalam hubungan suami-istri itu. Di samping itu, skandal gelapnya dengan Ching, salah seorang yang berpengaruh di Taiwan, makin menyulut keretakan itu. Susan bermaksud menceraikan John untuk kemudian menikah dengan konglomerat Taiwan itu. Sungguhpun pada akhirnya Susan meninggalkan Ching yang ternyata diketahui sudah beristri.John bukan tidak menyadari permasalahannya dengan Susan. Bagaimanapun ia berharap istrinya dapat memahami dan sedikit menaruh perhatian pada profesinya sebagai antropolog. Maka, wajarlah jika ilmuwan itu merasa begitu gembira ketika pada suatu saat, ia melihat kalung yang berukiran topeng hantu itu dalam keadaan tertelungkup. Menurut dugaannya. Susan telah melihat kalung yang sedang ditelitinya itu dan kemudian menyimpannya kembali dalam keadaan tertelungkup. Padahal, sebelumnya John meletakkannya dalam keadaan sebaliknya.Segera John mengambil kalung itu, mencari istrinya dan bermaksud menceritakan ihwal misteri yang terkandung di dalamnya. Dengan bergegas, ilmuwan yang juga kolektor benda-benda aneh itu segera
90Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaLatihan 8Latihan 9Buatlah kelompok yang terdiri atas 3 – 4 orang, kemudian lakukan kegiatan beriklut ini!1. Bacalah sebuah hikayat dan cerpen yang menurut kelompok Anda menarik!2. Buatlah sinopsis hikayat dan cerpen tersebut!3. Telaah/analisislah pelaku dan perwatakan, plot dan konflik, latar, serta tema cerpen tersebut!menemui Susan yang kebetulan berada di lantai atas. Akan tetapi, saat berada di tangga teratas, ia terpeleset, tergelincir, dan tubuhnya terguling, meluncur ke bawah. Tubuhnya tergeletak di lantai dengan jari tangannya terlihat masih memegang kalung itu. Ternyata kecelakaan itu telah membawa John pada akhir hayatnya. Kalung yang penuh misteri itu tampak “menengadah, memancarkan kebengisan, pandangan balas dendam. Wajah topeng hantu itu juga seperti wajah John Fletcher yang tergeletak di sana” (hlm. 142)Amir yang mendengar kematian John, segera melayat, menyatakan turut belasungkawa kepada istri almarhum. Amir mendengar cerita Susan bahwa sesaat sebelum meninggal wajah John mirip dengan kalung topeng itu. Amir ingat bahwa itu sebenarnya tulisannya sendiri yang mencatat hari, tanggal, dan bulan kematian sahabatnya, Busrodin, yaitu hari Kamis, 16 Juli, dua puluh empat tahun yang lalu. Ternyata kematian John Fletcher pun sama persis dengan hari, tanggal, dan bulan gugurnya Busrodin.Dengan penyesalan mendalam, Amir berpamitan, meninggalkan Susan yang kini menjanda bersama kalung yang penuh misteri. Betapa pun Susan berusaha memberikan kalung itu lagi kepadanya, Amir tetap tak mau menerimanya karena John sudah berniat untuk menyimpannya di museumnya di Blair, Nebraska.Sumber: Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia ModernTelaah/analisislah pelaku dan perwatakan, plot dan konflik, latar, tema novel “Kemayoran” di atas! Tulis dalam format seperti berikut ini.Komponen yang diHasil AnalisisPelaku dan PerwatakanPlot dan KonflikLatarTema4. Bandingkan hasil penganalisisan hikayat dan cerpen yang Anda baca itu dengan novel “Kemayoran” di atas! 5. Bagaimana kesan Anda setelah membaca ketiga karya sastra tersebut (hikayat dan cerpen yang Anda baca serta novel “Kemayoran”?Review (Rangkuman)1. Hikayat adalah sastra lama yang ditulis dalam bahasa Melayu. Sebagian besar kandungan ceritanya berkisar tentang kehidupan istana, dan menonjolkan unsur rekaan merupakan ciri. Meskipun merupakan karya sastra lama, hikayat mempunyai relevansi dengan kehidupan sekarang, karena tema yang diangkat dalam hikayat menyangkut kepercayaan, pendidikan, agama, pandangan hidup, adat-istiadat, percintaan, dan sosial. 2. Ekspresi karakter para pelaku dialog drama sangat menentukan keberhasilan pementasan drama.
91Bab 5 Perjuangan3. Jenis kalimat ditinjau dari berbagai sudut pandang, yaitu berdasarkan intonasinya, kelas predikatnya, jumlah fungtornya, klausanya, letak subjek dan predikat, jumlah konturnya, perubahan/transformasinya, jabatan fungtor dan kelas kata, menentukan jenis kalimat berdasarkan hubungan antarklausa, dan menentukan jenis kalimat majemuk.4. Komponen kesastraan teks naratif meliputi pelaku, perwatakan, plot, konflik, latar, dan tema.Refleksi Bagi Peserta DidikPada bab ini Anda belajar menganalisis kesesuaian penokohan, dalog, dan latar dalam pementasan drama, mendeskripsikan relevansi hikayat dengan kehidupan sekarang, menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca, memerankan tokoh drama, kalimat dari berbagai sudut pandang, dan menganalisis berbagai karya sastra yang dibaca.Apakah Anda sudah mampu menganalisis kesesuaian penokohan, dalog, dan latar dalam pementasan drama? Apakah Anda sudah mampu mendeskripsikan relevansi hikayat dengan kehidupan sekarang? Apakah Anda sudah mampu menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca? Apakah Anda sudah mampu memerankan tokoh drama? Apakah Anda sudah mampu kalimat dari berbagai sudut pandang? Apakah Anda sudah mampu menganalisis berbagai karya sastra yang dibaca?Evaluasi AkhirBab 5A. Jawablah dengan tepat dan jelas!1. Bacalah kutipan drama berikut!Sulung : Begitu pendapat, Bapak? Memang Bapak ada hak penuh untuk berpendapat demikian itu.Bapak : Nak, keyakinanmu salah. Sadarlah!Sulung : Salah bagi Bapak, benar bagiku. Dan penuh kesadaran pula, aku bersedia menanggung risikonya. (Bapak, B. Sularto) Konflik dalan kutipan tersebut adalah ...a. Si bapak tidak berhasil menasihati anaknya.b. Si anak memaksakan kehendaknya kepada bapaknya.c. Si bapak sangat marah kepada anaknya yang pembangkang.d. Si bapak merasa salah mendidik anak kandungnya.e. Si anak tidak dipedulikan oleh orang tuanya.2. Ibu : Mai’mun, mana ayahmu?Mai’mun : tak kulihat lagi, Bu! Hanya kulihat baju ini dan pecinya.Ginarto : (Mengangkat kepala dan memandang) Mai’mun, di mana kau dapat ini?Mai’mun : Di bawah lampu jalan, dekat Jembatan ... ke dalam kaliIbu : Ginarto ....Ginarto : Ayahku! Ayahku! Dia tak tahan penghinaanku! Dia yang biasa dihormati dan disegani, dan dia angkuh seperti aku juga tak kuat dioa menahan hinaanku, ayahku, aku butuh ayahku ... akan kususul sia ... (seperti orang gila dia lari keluar, yang lain mencoba menahan dia, sambil tersedu-sedu)Ayahku Pulang – Usmar Ismail
92Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaAmanat yang tersirat dalam penggalan drama di atas adalah ...a. Kita tidak boleh melakukan bunuh diri.b. Kita harus tabah menerima hinaan dari orang lain.c. Harus menerima permohonan maaf dari orang yang telah berbuat salah.d. Harus saling mengingatkan bila ada yang berbuat khilaf.e. Tidak boleh menghina orang tua walaupun telah berbuat salah.No.AspekCerita PendekNovel12.3.4.5.MediaSkala CeritaPenokohan (Utama)KonflikLaju CeritaMajalah, surat kabarPendekBanyakTunggalCepatBukuPanjang/luasBanyak sekaliJamakLambat3. Pernyataan yang tidak tepat berkaitan dengan perbedaan cerpen dan novel di atas adalah .... a. (1) c. (3) e. (5)b. (2) d. (4) 4. Kalimat yang tersusun atas S-P-O-PL adalah ....a. Budi membaca buku di kamara. Randi sangat mencintai Tantic. Ini merupakan masalah pentingd. Ia sering mencarikan adiknya pekerjaane. Kemarin ibu membelikan adik baju baru.5. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini!(1) Susi sedang mencarikan adiknya pekerjaan.(2) Ini merupakan masalah penting.(3) Olahraga renang memiliki beberapa keunggulan dibanding olahraga lain.(4) Berenang bisa membentuk sportivitas.(5) Secara teoritis bayi sudah mempunyai insting untuk mengapung.Dalam kalimat-kalimat di atas yang berpola S-P-O-K adalah kalimat ... .a. (5) c. (3) e. (1)b. (4) d. (2) 6. Istri tentara yang baik itu sangat dihormati tetangga.Perbaikan kalimat di atas agar tidak ambigu adalah ...a. Istri yang baik itu sangat dihormati tetangga tentara.b. Istri tentara itu sangat dihormati tetangga yang baik.c. Tentara yang baik itu sangat dihormati istri tetanggad. Tentara yang baik itu sangat dihormati tetangga.e. Tentara itu sangat dihormati istri tetangga.
93Bab 5 Perjuangan7. Kemarin komputer itu sudah dia ambil.Kalimat pasif di atas dapat diubah menjadi kalimat aktif, adalah ...a. Kemarin komputer itu sudah diambilnya.b. Komputer itu sudah diambil dia kemarin.c. Saya mengambil komputer itu kemarin.d. Kemarin dia sudah mengambil komputer itu.e. Komputer itu sudah diambilnya kemarin8. Kegiatan Bulan Bahasa sangat penting.Kalimat yang polanya sama dengan kalimat di atas adalah ...a. Ayah dan ibu selalu makan bersama.b. Kecantikan gadis itu menarik semua orang.c. Setiap hari saya selalu belajar dengan rajin.d. Dengan hati yang riang dia melangkahkan kakinya.e. Bak mandi itu sudah penuh.9. Pengembangan bidang kesenian ... kebudayaan harus sesuai dengan tuntutan zaman. Partikel yang tepat untuk melengkapi kalimat majemuk di atas adalah ... . a. tetapi c. maupun e. lagi b. bahkan d. karena10. Kalimat majemuk bertingkat dengan partikel penggabung yang menyatakan akibat adalah ...a. Engkau tinggal di sini atau engkau ikut dengan membawa barang itu.b. Ia tidak menjaga adiknya melainkan membiarkannya saja.c. Meskipun kami telah mencoba menentramkan keadaan itu, permusuhan antara kedua pihak tetap ada.d. Ricardo telah menggelapkan barang-barang dikantornya sehingga pimpinan perusahaan itu memecatnya.e. Burhan tidak masuk sekolah hari ini karena kemarin ia kehujanan.B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!1. Adakah persamaan dan perbedaan antara hikayat dan cerita masa kini? Jelaskan aspek-aspeknya yang berbeda dan yang sama itu!2. Uraikanlah asal mula hikayat dan buatkan sinopsis hikayat lain yang Anda baca!C. Ubahlah penggalan cerpen di bawah ini menjadi naskah drama!Ternyata ayah mengetahui tingkahku. Jambangan bunga pecah, bunga tercecer, air mengalir ke seluruh kamar. Aku tersenyum menyaksikan semuanya. Ayahku sudah berdiri dekat.Dilarang Mencintai Bunga-BungaOleh Kuntowijoyo“Akulah yang memecahkan, buyung. Untuk apa, heh? Manusia tidak bisa hidup hanya dari bunga. Ke sini!” Aku menurut dengan ketenangan yang mengagumkan sendiri. Ayah memerintah, “Kau harus berdiri di sini.
94Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaAku akan membuat sebuah sekrup! Lihat! Dan besok kau harus mengerjakan sendiri. Awas ya, kalau sampai tidak bisa.”Aku mengawasi. Masuk dalam kepalaku apa yang kulihat. Ayah tahu. Ia menatapku. “Apa yang kau pikirkan, heh?”Aku harus berani mengatakan sesuatu, bahkan pada ayahku. Jadi kukatakanlah dengan tergagap. “Ayah sesungguhnya tidak ada yang lebih baik daripada ketenangan jiwa dan ....”“Diam! Untuk apa, heh? Ayo pegang palu ini!” Ia menyodorkan palu. “Pukul besi ini sampai jadi kepingan tipis. Kerjakan!”Aku mengalah. Palu kupegang. Dan sesore itu keringatku bercucuran. Tanganku bengkak. Aku terus bekerja, takut pada ayah. Sore hari ayah menyuruhku berhenti. Ibu menyambutku dengan ramah.“Jangan membantah ayahmu, Nak. Cepatlah mandi. Ah, hampir lupa: Kau harus mengaji.”Ayah ialah sebangsa laki-laki kasar. Ia menyita seluruh waktuku. Aku mengunjungi kakek pagi saja sebelum sekolah. Dan itu hanyalah sebentar. Ketika itu kakekku sedang menyirami bunga. Aku menegurnya: “Sedang apa, Kakek?”“Menyiram kehidupan, cucu,” ia menoleh padaku. “Engkau banyak pekerjaan sekarang,cucu?” Aku menganggukTerlintas di kepalaku untuk bertanya sesuatu. “Apa kerja Kakek yang sebenarnya?”Kakek berhenti. Mengawasi aku, lalu katanya, “Sekarang ini? Menyiram bunga, cucu.”“Ya, tetapi apa sebenarnya pekerjaan Kakek?”“Pekerjaanku, cucu?” ia berhenti. ”Oya, mencari hidup sempurna.”“Di mana dicarinya, Kek?”“Dalam ketenangan jiwa.”“Ya, tapi di mana?”“Di sini, dalam bunga-bunga!”Aku teringat harus sekolah. Cepat aku minta diri. Pulang sekolah ayah menyuruhku kerja di bengkel. Ia tidak membiarkan aku berhenti sekejap pun. Ia akan menegur setiap kali melihatku berhenti. “Bekerjalah jangan biarkan tanganmu menganggur, buyung.”Aku jadi teringat pada kakek. “Ayah”, aku bertanya pada ayahku, “kenapa tidak mencari hidup sempurna?”Ayah berhenti. Menatapku. Ia melihat mataku. “Ya,” katanya, “aku mencari itu, buyung.”“Di mana dicari, Yah?” “Dalam kerja!”“Ya, tetapi di mana itu?’“Di bengkel, tentu.”Ia berdiri kukuh, dengan wajah membakar. Aku teringat sebuah lokomotip hitam berdiri kuat di atas rel. Menderu dengan gerbong berderet di belakangnya.“Engkau mesti bekerja. Sungai perlu jembatan. Tanur untuk melunakkan besi perlu didirikan. Tanah tandus disuburkan. Mesti. Mesti, buyung! Lihat tanganmu! Tiba-tiba ayah meraih tanganku, “Untuk apa tangan ini, heh?’ Aku berpikir sebentar. “Untuk apa tangan ini, buyung?” tanya ayah mengulang.Kemudian aku menemukan jawaban. “Kerja!” kataku.Ayah tertawa tergelak. Mencium tanganku. Ia menampar pipiku keras. Mengguncang tubuhku. Kulihat wajah hitam bergemuk itu memancarkan kesegaran. Aku menyaksikan seorang laki-laki perkasa di mukaku. Menciumi aku. Dan ia adalah ayahku sendiri. Malam hari aku pergi tidur dengan kenang-kenangan di kepala: Kakek ketenangan jiwa kebun bunga; ayah kerja bengkel; ibu mengaji di masjid! Terasa aku harus memutuskan sesuatu. Sampai jauh malam aku baru akan tertidur.Bagaimanapun, aku adalah anak ayah dan ibuku.Sumber: Satyagraha Hoerip (Peny.) 1979d. Cerita pendek Indonesia 4.Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud